LAPORAN PRATIKUM BIOKIMIA
REAKSI UJI ASAM AMINO
DAN
PROTEIN
DI SUSUN
O
L
E
H
AHMAD
SAYUTI C51109201
ANDRI
SUWANDI C51109210
EKO
BAEHAQI C51109198
FIKRIYADI C51109204
HELDA C51109215
LIA
ANJANI C51109206
MARGARETHA
SIAH C51109199
M.RANOVAL.AB C51109202
UNIVERSITAS TANJUGPURA PONTIANAK
FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI
TAHUN AJARAN 2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.
Protein (protos yang berarti ”paling
utama") adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer
asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Peptida dan protein merupakan polimer
kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air dari gugus amino dan gugus
karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil dari 6.000, biasanya
digolongkan sebagai polipeptida.
Proetin banyak terkandung di dalam
makanan yang sering dikonsumsi oleh manusia. Seperti pada tempe, tahu, ikan dan
lain sebagainya. Secara umum, sumber dari protein adalah dari sumber nabati dan
hewani. Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia
berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan
hal-hal yang berkaitan dengannya.
Oleh karena itu, kegiatan praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui adanya ikatan peptida dari suatu protein,
membuktikan adanya asam amino bebas dalam suatu protein, membuktikan adanya
asam amino yang berinti benzena, mengetahui kelarutan protein terhadap suatu
pelarut tertentu, dan mengetahui titik isoelektrik dari suatu protein secara
kualitatif.
B.Tujuan
Praktikum
Untuk memahami dan mendapat
keterampilan berbagai uji kualitatif jenis protein dengan spesifitastertentu
dan mampu menerapkan berbagai uji kuslitstif protein pada suatu sampel yang
belum diketahui.
C.Manfaat
Setelah melakukan praktikum mahasiswa
akan lebih mengerti reaksi kimia asam amino dan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buiret adalah senyawa
dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion
Cu2+ dari preaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatn peptida yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan
peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Semua asam amino, atau peptida yang
mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa
kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan
senyawa berwarna kuning.
Protein mengandung asam
amino berinti benzen, jika ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan
endapan berwarna putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan.
Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya
akan berubah menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji
nitrasi inti benzena yang terdapat pada mulekul protein menjadi senyawa intro
yang berwarna kuning
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat
bereaksi dengan larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air,
asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila
protein dipanaskan atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi
molekul-molkeul protein.
Kelarutan protein di dalam suatu
cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH,
suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein seperti asam amino bebas
memiliki titik isoelektrik yang berbeda-beda. Titik Isoelektrik (TI) adalah
daerah pH tertentu dimana protein tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah
muatan positif dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika diletakkan
dalam medan listrik. Pada pH isoelektrik (pI), suatu protein sangat mudah
diendapkan karena pada saat itu muatan listriknya nol.
Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki protein, seperti kemampuan membentuk warna dan mengendap ketika bereaksi
dengan zat lain dapat digunakan untuk mengetahui keberadaanya pada sampel bahan
yang belum diketahui.
Uji Ninhidrin adalah reaksi yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan kosentrasinya dalam larutan. Ninhidrin jika bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan warna violet. Warna tersebut dihasilkan dari semua asam amino dengan NH2 primer dan intensitas setiap warna tergantung pada kosentrasi asam amino. Hanya prolin yang mempunyai gugus amino sekunder yang memberikan warna kuning (Page, 1985).
Uji Ninhidrin adalah reaksi yang berguna untuk mendeteksi asam amino dan menetapkan kosentrasinya dalam larutan. Ninhidrin jika bereaksi dengan asam amino akan menghasilkan warna violet. Warna tersebut dihasilkan dari semua asam amino dengan NH2 primer dan intensitas setiap warna tergantung pada kosentrasi asam amino. Hanya prolin yang mempunyai gugus amino sekunder yang memberikan warna kuning (Page, 1985).
Menurut Rismaka (2009), protein yang mengandung sedikitnya satu gugus
karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk
persenyawaan berwarna. Uji ini bersifat umum untuk semua asam amino, dan
menjadi dasar penentuan kuantitatif asam amino. Hasil yang negatif dari asam
amino tersebut diduga akibat kosentrasinya yang kurang sehingga warna ungu yang
dihasilkan tidak terdeteksi. Sedangkan akuades yang juga menunjukkan hasil yang
negatif bukan suatu protein, karena akuades tidak memiliki gugus NH2, hanya
terdiri atom H dan O.
Uji Biuret digunakan untuk mengindentifikasi ikatan peptida pada suatu
protein. Suspensi protein yang dibuat alkalis dengan larutan natrium hidroksida
lalu ditambah tembaga sulfat (dari Biuret) terbentuk warna ungu. Reaksi ini
positif untuk zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida, jadi untuk
semua protein atau polipeptida, dan negatif untuk asam amino yang tidak
mempunyai ikatan peptida atau hanya terdapat satu ikatan peptida (Tarigan,
1983).
Terbentuknya
warna ungu tersebut akibat Biuret bereaksi dengan protein, membentuk senyawa
kompleks Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein (Rismaka,
2009). Sedangkan prolin, tyrosin, fenilalanin, histidin, triptofan, dan sistein
yang menunjukkan hasil negatif menandakan tidak ada ikatan peptida atau hanya
terdapat satu ikatan peptida.
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan pada
kegiatan praktikum ini adalah menggunakan alat-alat, bahan-bahan, dan
prosedur-prosedur sebagai berikut :
A.
Alat
- Pipet tetes
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Penjepit tabung reaksi
- Penangas air
- Alat permanas
- Pengatur waktu
- Pipet ukur
B.
Bahan
- Glisin
- Putih telur
- Aquades
- Reagen buret
- Kuning telur
- Nidrin
C.
Prosedur
1. Uji Biuret
·
Sediakan 4
tabung reaksi yang bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan
Albumin, air,
Gelatin dan Glisin sebanyak 1 ml.
·
Tambahkan
pada setiap tabung 2 ml reagen buret kocok dan diamkan selama 30 menit.
·
Campur dengan
baik.
·
Amati dan
catat perubahan warna yang terjadi
2. Uji Ninhidrin
·
Sediakan 3 tabung reaksi yang
bersih dan kering, lalu masing-masing diisi dengan larutan Albumin, Gelatin dan
Glisin sebanyak 2 mL.
·
Tambahkan
pada setiap tabung 0,5 ml pereaksi
Ninhidrin
·
Campur dengan
baik, dan panaskan di penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
·
Amati
dan catat perubahan warna yang terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Biuret
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Sebelum Uji
|
Hasil Uji Biuret
|
Polipetida (+/-)
|
1
|
Putih telur
|
Ungu
|
Berwarna Violet
|
+
|
2
|
Kuning telur
|
Ungu
|
Berwarna Violet
|
+
|
3
|
Air
|
Bening
|
Berwarna Biru
|
-
|
4
|
Glisin
|
Ungu
|
Bewarna Violet
|
+
|
Semua sampel protein yang diuji selain
campurannya air menunjukan reaksi yang positif dengan uji biuret.
Berikut
gambaran proses pembantukan ikatan peptida :
|
Jadi,
ikatan peptida hanya terbentuk apabila ada dua atau lebih asam amino esensial
yang bereaksi.
B. Uji Ninhidrin
No.
|
Zat Uji
|
Hasil Sebelum Uji
|
Hasil Uji Ninhidrin
|
Asam amino bebas
(+/-)
|
1
|
Gisin
|
Bening
|
Berwarna Ungu
|
+
|
2
|
Putih telur
|
Keruh
|
Berwarna Violet
|
-
|
3
|
Kuning telur
|
Putih susu
|
Biru Kekuningan
|
+
|
Asam
amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat. Pada
praktikum di atas glisin dan kuning
telur membentuk warna
ungu karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin.
Hal ini menandakan ketiga zat uji tersebut mempunyai gugus asam amino bebas.
Sebaliknya,
pada putih telur tidak diperoleh indikasi terbentuk
atau adanya asam amino bebas, karena reaksi dengan ninhidrin tidak berwarna
sampai membentuk warna merah muda. Semakin banyak ninhidrin pada zat uji yang
dapat bereaksi, semakin pekat warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji
Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatif.
BAB V
KESIMPULAN
- Albumin, Gelatin, Kasein positif Polipetida. Sedangkan, Glisin negatif.
- Pada Albumin, Geltain, Fenilanalin, terdapat asam amino bebas. Sedangkan Kasein dan Pepton tidak.
- Pada Albumin dan Triptofan inti asam aminonya berupa benzena. Sedangkan Gelatin dan Kasein tidak.
- Protein (Albumin dan Gelatin) larut pada akuadestilata, HCl 10 %, dan alkohol 96 %. Dan tidak larut pada NaOH 40 % dan kloroform.
- Semakin kecil pH Buffer asetat pada uji Isoelektrik, semakin banyak endapan yang terbentuk.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum
Kimia Organik. Laboratorium Kimia Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Jakarta.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Penerbit ITB. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar